NABIYULLAH KHIDHIR
“Baiklah
ya Rasulullah,” jawab para sahabat.
Sabda
Rasulullah: Pada suatu hari ketika Khidhir berjalan di pasar, ada seorang budak
mukatab yang melihatnya. Lalu budak tersebut berkata:
“Bersedekahlah
kepadaku, semoga Allah memberkahimu.”
“Aku
percaya bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi. Saya tidak mempunyai
sesuatu pun untuk kuberikan kepadamu,” jawab Khidhir.
“Aku
minta kepadamu biwajhillah (dengan Dzat Allah), bersedekahlah kepadaku, karena
aku melihat wajahmu yang baik. Maka aku mengharapkan berkat pada kamu,” kata
pengemis itu
“Aku
bersaksi kepada Allah, aku tidak mempunyai sesuatu apa pun yang dapat kuberikan
kepadamu, kecuali jika kamu suka menjual diriku sebagai hamba,” jawab Khidhir.
Lalu
orang miskin itu bertanya: “Apakah boleh?”
“Anda
telah meminta kepadaku dengan menyebut nama Allah yang Maha agung, dan aku
tidak dapat mengecewakan anda demi Dzat Tuhanku. Juallah aku!” kata Khidhir.
Maka
dibawanya Nabi Khidhir ke pasar dan dijualnya dengan harga empat ratus dirham.
Maka tinggallah Khidhir di tempat pembelinya itu beberapa lama, tetapi tidak
disuruh mengerjakan apa-apa.
“Anda
membeliku sebagai pelayan. Maka suruhlah aku untuk bekerja!” kata Khidhir
kepada majikannya.
“Saya
khawatir akan memberatkan kepadamu. Anda sudah terlalu tua dan lemah,” kata
majikannya.
“Tiada
sesuatu yang memberatkan diriku,” jawab Khidhir.
“Pindahkan
batu-batu itu,” kata majikannya. Biasanya batu-batu sebanyak itu tidak selesai
dipindah dalam satu hari kecuali dikerjakan oleh enam orang. Tiba-tiba ketika
majikan itu keluar untuk keperluan, maka sewaktu ia kembali melihat batu itu
sudah selesai dipindahkan.
“Baik
sekali pekerjaanmu. Anda mempunyai kekuatan yang tidak kusangka-sangka,” kata
majikannya.
Kemudian
pada suatu hari ia pergi jauh, lalu memanggil Khidhir: “Saya percayakan
semuanya kepadamu, maka jagalah keluargaku dengan baik,” kata juragannya.
“Suruhlah
aku mengerjakan sesuatu!” kata Khidhir.
“Saya
kuatir memberatkan dirimu.”
“Tiada
ada sesuatu pun yang memberatkan aku,” kata Khidhir lagi.
“Jika
demikian, buatkan aku batu merah untuk membangun rumahku hingga aku kembali!”
kata majikannya.
Kemudian
ketika majikannya kembali, ia melihat rumah sudah dibangun. Lalu majikannya
bertanya: “Aku tanya kepadamu Biwajhillah, apakah halmu ini, apakah sebab kamu
demikian ini?”
“Anda
telah bertanya kepadaku Biwajhillah, dan karena Biwajhillah itulah yang menjadikan
aku budak. Sebenarnya aku adalah Khidhir yang sering anda dengar namanya. Pada
suatu hari ada seorang miskin minta sedekah Biwajhillah kepadaku, dan telah
saya katakan saya tidak mempunyai apa-apa yang akan saya berikan padanya.
Tetapi ia minta Biwajhillah, maka saya serahkan diriku kepadanya, lalu ia menjual
diriku. Dan kini aku beritakan kepadamu, bahwa siapa yang dimintai Biwajhillah
lalu menolak orang yang meminta padahal la dapat memberinya, maka dia akan
menghadap Allah pada hari kiamat nanti dengan tanpa daging dengan nafas yang
tersengal-sengal,” Nabi Khidhir menjelaskan.
“Aku
beriman kepada Allah dan aku telah menyusahkan dirimu ya Nabiyullah. Andaikan
aku mengetahui tentu hal ini tidak akan terjadi.”
“Tidak
apa, anda orang baik,” jawab Nabi Khidhir.
Lalu
majikannya berkata: ‘Ya Nabiyullah, silahkan atur rumah dan keluargaku
sesukamu, atau jika anda minta merdeka, aku akan merdekakan,” katanya.
“Aku
suka merdeka untuk bebas beribadah pada Tuhanku,” jawab Nabi Khidhir.
Maka
Khidhir berdoa: Alhamdu lillah autsaqani fil
‘ubudiyati, tsumma najjani minha (Segalapuji bagi Allah yang mengikat aku dalam
perhambaan kemudian menyelamatkan aku dari padanya). Semoga Allah
menjadikan kami termasuk dalam golongan orang-orang yang berbudi baik dan membantu
saudara-saudara yang mencapai surga.
Sumber :
Drs. H.M.
Sya’roni, 2003. Membuka Aib Saudara,
Kisah-Kisah Teladan dari Kitab Darratun Nashihin dan Irsyadul Ibad. Yang
Menerbitkan Mitra Pustaka: Yogyakarta.
MasyaAllah, sikap dan tauladannya wajib kita ikuti..
ReplyDeletesemoga bisa bermanfaat setelah membaca kisah ini :)
Delete