20. PANAS HATI DAN DENDAM KAUM QURAISY
KEPADA NABI MUHAMMAD SAW
Semenjak
Nabi Muhammad saw. mengajak kaumnya bangsa Quraisy untuk menyembah Allah,
sementara berhala-berhala dan patung-patung yang menjadi sesembahan para nenek
moyangnya ditinggalkan, karena yang mereka sembah itu benda mati, yang tidak
bisa memberikan manfaat dan madharat kepada penyembahnya; maka kecintaan kaum
Quraisy kepada Nabi Muhammad berubah menjadi kebencian dan kedengkian; serta
hubungan kekeluargaan semakin jauh, bahkan kebenaran nabi serta amalan-amalan
Nabi saw. menjadi bahan ejekan dan cemoohan.
Memang
pada dasarnya peribadatan yang selama ini dikerjakan oleh bangsa Quraisy itu
tidak menggunakan rasio (akal sehat), mereka hanya berpedoman dan taqlid kepada
nenek moyang terdahulu. Maka sebagai jawaban yang mereka suguhkan kepada ajakan
Nabi Muhammad hanyalah: kami melakukan sesembahan yang semacam ini hanyalah
mengikuti jejak nenek moyang kami.
Perhatikan
beberapa firman Allah di bawah ini, yang menggambarkan jawaban bangsa Quraisy
yang tidak beriman kepada Rasulullah:
“Dan apabila
dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”, mereka
menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami, (apakah mereka akan mengikuti juga), walau pun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 170).
Firman-Nya:
“Apabila dikatakan
kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul.” Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak
kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk.” (QS. Al-Maidah:
104).
Firman-Nya:
“Dan apabila
dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah.” Mereka menjawab:
“Tidak, tetapi kami hanya mengikuti apa yang kamu dapati (dari) bapak-bapak
kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka)
walau pun syetan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala
(neraka).” (QS. Luqman: 21).
Mereka
bangsa Quraisy yang mengingkari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad,
sama mendatangi pamannya Muhammad (Abi Thalib) untuk menghentikan keponakannya
agar jangan sampai terus menerus berdakwah, mencela tuhan-tuhan yang disembah
oleh nenek moyang mereka. Mereka mendatangi Abi Thalib, karena Abi Thalib masih
mempunyai pengaruh dan kedudukan yang tertinggi dalam bangsa Quraisy.
Kata
Abu Thalib kepada Muhammad (keponakannya): “Wahai keponakanku, para
pemuka-pemuka Quraisy telah mendatangiku, dan mereka menyuruh aku agar engkau
berhenti dalam berdakwah dengan agama barumu (agama Islam) dan berhenti dalam
mencela tuhan-tuhan mereka. Maka dengan spontan Muhammad menjawab:
“Sungguh demi
Allah, paman! Andaikata mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan
di tangan kiriku agar aku menghentikan urusan ini, tidaklah akan aku lakukan
hal itu, hingga Allah memenangkannya kalau aku terbunuh sebelum tercapainya
(maksud yang dituju).“
Dengan
kebulatan tekad serta keyakinan yang menghunjam dalam hati, Abu Thalib malah
memberikan semangat dan perlindungan dari serangan-serangan dan perlakuan yang
tidak senonoh dan menyakitkan hati keponakannya dari serangan bangsa Quraisy
yang anti dengan Muhammad.
Demikian
maju terus dakwah yang dilancarkan oleh Nabi Muhammad saw. sehingga membuat
panas hati dan dendam kepada beliau; lebih-lebih sejak kaum Quraisy (yang anti
ajaran Muhammad) mendatangi pamannya Abu Thalib yang tidak mau mencegahnnya
dari dakwahnya itu, bahkan malah menjadi pembelanya (backingnya).
Setiap
kaum Quraisy menghadap Abu Thalib (paman Muhammad) dengan tujuan agar bisa
menghentikan dakwah keponakannya, dan menghentikan jangan sampai mencaci tuhan
nenek moyangnya; maka ucapan Abi Thalib tetap sama yaitu membela keponakannya
sampai darah yang terakhir. Biar keponakannya menyiarkan agama Islam, menyampaikan
perkara yang haq yang datangnya dari Allah. Kedatangan kaum Quraisy sampai
ketiga kalinya menghadap Abu Thalib pulang dengan tangan hampa, walaupun ia
disogok (disuap) dengan wanita yang cantik, harta yang banyak atau jabatan yang
tinggi, ia tetap menolaknya, dan menjadi pembela Nabi Muhammad.
Sumber:
Ust.
Maftuh Ahnan Asy, 2001. Kisah Kehidupan Nabi Muhammad SAW. Yang
Menerbitkan Terbit Terang: Surabaya.
wah ini nih artikel yang sangat bermanfaat... sangat membantru menambah pengetahuan tntang islam... thanks gan ilmunya udah di bagikan.. lanjutkan... !!!
ReplyDelete